Rencana pernikahan yang sudah disusun matang oleh Johana Kusnadi dan Roland sejak tahun lalu berubah total karena wabah pandemi corona.
Jojo, sapaan akrab Johana, merencanakan pernikahan sederhana bersama dengan suaminya pada Sabtu 18 April 2020. Rencananya, ia akan mengundang keluarga, saudara, dan teman teman dekat untuk menghadiri pemberkatan pernikahan mereka di gereja.
Acara pernikahan kemudian dilanjutkan dengan makan malam bersama keluarga besar di sebuah restoran di kelapa gading.
Budget pun sudah disiapkan untuk; gaun, katering, undangan, sepatu, sampai tiket bulan madu.
Lalu badai corona datang, ia tetap bisa menikah tapi tentu saja tak bisa sesuai rencananya.
“Dari dulu itu kepingin pernikahan yang sederhana, tapi tak sesederhana sekarang. Ini malah jadi minim banget,” ujarnya sambil tertawa, saat bercerita kepada CNBC Indonesia, Senin (20/4/2020).
Tak ada tamu yang hadir, sebab gereja hanya membolehkan pernikahan dihadiri maksimal oleh 10 orang. Sudah termasuk saksi dan pendeta. “Jadi yang bisa datang cuma pengantin, orang tua dan yang mendampingi, saksi. Bahkan saudara kandung saja nggak bisa,” ceritanya.
Semula, ia dan suaminya seharusnya menikah di Gereja Santo Yacobus. Tapi terakhir-akhir gerejanya juga dipindah ke Gereja Andreas Kim Tae Gon di Kelapa Gading.
“Menikahnya nggak sampai dua jam. Cepat banget, habis nikah langsung pulang semua. Aku dan suami balik ke apartemen, terus sampai sana pesan delivery bakmi. Udah gitu aja, tahu-tahu resmi jadi suami-istri,” ungkapnya.
Meski ada pandemi, Jojo dan suami sepakat untuk menikah sesuai jadwal. Sebab, menurut mereka akan sangat panjang kembali proses dan waktu yang akan ditempuh jika harus ditunda.
Konsekuensinya, pasangan ini harus mengubah jadwal beberapa pesanan atau bahkan membatalkan. Untuk rencana makan malam misalnya, diundur sampai akhir tahun meski belum tahu kapan akan dilangsungkan. Termasuk dengan acara sangjit, atau seserahan di budaya mereka.
“Untungnya restorannya mau diundur,” ujarnya.
Lainnya adalah soal sewa gaun pengantin, ia sudah menyewa gaun seharga Rp 1 juta tapi tidak jadi dipakai. Begitu pula dengan tim perias atau make up artist. Untuk gaun diundur sampai akhir tahun, dan akan dipakai saat resepsi makan malam bersama keluarga.
Sebagai gantinya, untuk pernikahan ia membeli gaun putih seharga Rp 250 ribu di toko online.
Sementara make up, akhirnya Jojo memutuskan dandan sendiri seadanya.
Hal lain yang mesti ia korbankan adalah tiket bulan madu. Ia dan suami berencana pergi ke Melbourne untuk bulan madu. Namun terpaksa dibatalkan dan masih dalam proses pembatalan sampai saat ini. “Mau gimana lagi, karena kita nggak tahu kapan ini berakhir?”
Tak cuma itu, bahkan saat ia menikah masih ada klien yang mengejar deadline karena tidak tahu soal momen istimewanya tersebut. “Abis nikah baca WA bukan dapat ucapan selamat, malah ada dari klien yang minta invoice dikirim Senin. Artinya kerjaan harus selesai kan, jadinya ya langsung kerja lagi,” ujar perempuan yang berprofesi sebagai wiraswasta digital agency ini.
Meski begitu, pernikahan ini tetap punya momen dan kenangan tersendiri bagi Jojo dan suami. Meski tak sesuai rencana, namun pernikahan tetap istimewa bagi mereka. “Mungkin jadi lebih dalam bagi kami, buat saya sendiri sih ini tetap greget. Yang penting kami menikah dan bersama dulu,” curhatnya.